Ilustrasi Foto: Pixabay - Banyaknya Pengangguran di berbagai negara selama krisis ekonomi global dikaitkan dengan ratusan ribu kematian akibat kanker. Menurut hasil analisis Dr Rifat Atum profesor sistem kesehatan global, dan tim dari Harvard School, Boston.
Banyaknya pengangguran di berbagai negara selama krisis ekonomi global, membuat angka kematian akibat kanker jadi meningkat. Walaupun bekerja disuatu perusahaan terkadang terasa berat, namun ternyata menjadi pekerja mempunyai manfaatnya tersendiri bagi kesehatan. Lalu apa hubungannya pengangguran dengan tingkat angka kematian akibat kanker?
Tingkat kematian akibat kanker meningkat di banyak negara selama krisis ekonomi global. Kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, yang membuatnya penting untuk memahami bagaimana perubahan ekonomi mempengaruhi kelangsungan hidup.
Baru-baru ini, sebuah studi dari Harvard, mereka mengungkapkan orang yang tidak bekerja, memiliki tingkat risiko penyakit kanker lebih tinggi. Data yang diperoleh dari Canadian Data diketahui, bahwa tingkat kematian akibat kanker meningkat dengan pesat di berbagai negara selama krisis ekonomi global beberapa tahun terakhir ini.
Kondisi seperti ini membuat Dr Rifat Atum beserta tim menganalisis keterkaitan antara orang yang tidak bekerja, pengeluaran institusi kesehatan, dan tingkat kematian akibat kanker di beberapa negara.
Dari hasil analisis yang diperoleh Dr Rifat Atum yang merupakan profesor sistem kesehatan global, dari Harvard School, Boston. Setelah membandingkan perkiraan kematian akibat kanker, ia menyatakan bahwa, pengangguran menyebabkan kelebihan jumlah kematian akibat kanker, tetapi jika ada sistem kesehatan yang kuat dan peningkatan kesehatan masayarakat, banyak kematian akibat kanker ini dapat dikurangi.
Dr Rifat Atum menjelaskan secara rinci dari hasil analisisnya, bahwa kenaikan satu persen pengangguran dikaitkan dengan 0,37 kematian tambahan per 100.000 orang, dari semua jenis kanker. Walaupun studi ini tidak membuktikan pengangguran adalah sebab dari kanker. Namun dijelaskan, bagaimana perubahan angka kematian kanker dan pengangguran cukup signifikan.
Menangapi hasil penelitian itu, Dr Rifat Atum menyarankan agar pemerintah memastikan kembali nilai uang, karena pengobatan kanker umumnya berlangsung lama. Dan hal itu dapat dilakukan dengan memastikan cakupan kesehatan universal benar-benar universal dan adil bagi masyarakat yang rentan.
Senada dengan Atum, ilmuwan Dr Andres Pinto di Rumah Sakit St Michael di Toronto yang tidak terlibat dalam penelitian. Dia terkesan dengan kekokohan temuan dan konsistensi di seluruh negara yang berbeda.
Menurut Pinto, Hal ini sesuai dengan informasi lain yang kami miliki tentang bagaimana tetap atau tidaknya pekerjaan memengaruhi kesehatan masyarakat.
"Ketika kehilangan pekerjaan, orang cenderung tidak memiliki pendapatan yang cukup. Di beberapa negara, itu juga berarti mereka kehilangan akses ke pelayanan kesehatan.
Pinto percaya pada saat krisis ekonomi, pemerintah harus melipatgandakan upaya mereka untuk orang-orang yang kurang mampu secara ekonomi .
"Ini mengajarkan kita pelajaran tentang hubungan antara krisis ekonomi dan hasil kesehatan tetapi juga bagaimana pemerintah memilih untuk merespon. Untuk krisis di masa depan itu terjadi"
Studi ini tidak eksperimental dan tidak dapat membuktikan sebab dan akibat tapi waktu bagaimana perubahan pengangguran diikuti oleh perubahan angka kematian kanker memberikan dukungan untuk hubungan sebab akibat. [CBC News]